Jumat, 21 Desember 2007

Zionisme Global

Hollywood, zionisme dan masa depan dunia
19 Oct 2004 - 1:25 pm


Pemikiran untuk membentuk sebuah kota harapan sejak lama telah berkembang di kalangan para cendikiawan dan pemikir diantaranya adalah "Utopia"-nya Plato, "Kota Cahaya Mentari"-nya Farabi, dan "Surga Dunia"-nya Thomas Moore.

Dalam agama-agama samawi, juga terdapat kepercayaan tentang akan datangnya seorang penyelamat ke dunia. Penyelamat itu akan membebaskan dunia dari kemalangan dan kegelapan. Dia akan membawa keadilan, keamanan, kebajikan, dan ilmu pengetahuan untuk semua manusia. Tetapi, siapakah penyelamat tersebut dan bagaimanakah situasi kemunculannya? Zaman ketika munculnya penyelamat dunia itu disebut sebagai "Akhir Zaman" atau apocalypse. Namun, setiap agama dan mazhab mempunyai istilah dan definisi masing-masing mengenai hal ini.

Apocalypse merupakan sebuah kepercayaan bersama manusia mengenai berakhirnya dunia materi ini. Dalam terminologi ini, diyakini bahwa alam materi mempunyai awal dan akhir. Alam materi dimulai dari waktu yang telah ditetapkan dan berakhir pada masa yang telah ditentukan pula. Dengan demikian, keyakinan atas masa akhir zaman atau apocalypse ini merupakan satu jawaban atas pertanyaan manusia yang tidak ada habisnya mengenai masa depan dunia. Pada akhir zaman itu, rahasia tujuan penciptaan alam dan manusia akan terbuka. Psikolog terkenal Carl Gustav Jung pernah mengungkapkan tentang adanya pengetahuan yang dimiliki semua manusia sejak sebelum dia dilahirkan. Pengetahuan ini membentuk pola-pola perilaku yang berdasarkan kepada insting yang diistilahkan sebagai archetype. Karena itulah manusia memiliki citra primordial sebagaimana yang ditemukan dalam mitos-mitos.

Di sebagian besar mitos-mitos kuno manusia, disebutkan tentang akan terjadinya peperangan besar antara Sang Penyelamat dan kekuatan jahat. Peperangan itu akan berakhir dengan kemenangan bagi Sang Penyelamat dan para sahabatnya. Kemudian, umat manusia akan menyaksikan terwujudnya kota yang mereka impikan. Pada acara ini, kami tidak berniat untuk membahas secara lebih terperinci mengenai kepercayaan berbagai bangsa dan agama mengenai akan datangnya penyelamat dunia. Kami ingin mengajak Anda untuk meninjau film-film Hollywood yang bertema akhir zaman dan kedatangan penyelamat. Dalam film-film Hollywood banyak digambarkan tentang adanya technological apocalypse, yaitu di masa depan manusia akan menciptakan manusia buatan dan manusia buatan ini akan menyerang manusia ciptaan Tuhan. Film dengan tema seperti ini ialah "Dr. Frankenstein", "Terminator-2", dan "Matrix".

Pada film ini, manusia asli kalah dari manusia ciptaannya sendiri. Kemudian, datanglah penyelamat yang biasanya adalah seorang manusia yang pintar dan berani. Selain akibat serangan teknologi, film-film Hollywood juga menggambarkan bahwa akhir zaman diakibatkan oleh bencana alam (natural apocalypse), ini bisa berupa datangnya badai, banjir, gempa bumi, kebakaran, atau bertabrakannya bumi dengan planet lain. Di samping itu, Hollywood pun menciptakan makhluk khayalan yang akan menghancurkan umat manusia. Misalnya, raksasa yang lahir akibat intervensi manusia terhadap alam atau akibat rekayasa genetik yang dilakukan manusia. Film-film seperti ini di antaranya berjudul, "Deep Impact", "Armageddon", "Water World", "Godzilla", dan "Jurassic Park".

Karya khayalan Hollywood lainnya mengenai akhir zaman adalah akan datangnya makhluk jahat, yang disebut sebagai apocalypse mythological. Dalam film seperti ini, dikisahkan bahwa Sang Penyelamat dan sahabatnya melakukan perjalanan ke dunia mitos dan mengalahkan makhluk jahat dalam dunia mitos itu dengan kekuatan sakti. Contoh film seperti ini ialah "The Mummy", "The Mummy Returns", "Scorpion King" dan "Wish master".

Sciencefictional apocalypse merupakan sekelompok film Hollywood yang menggambarkan dunia masa depan yang dipenuhi oleh percampuran antara khayalan dan realitas. Dalam film-film seperti ini, kekuatan jahat digambarkan dalam bentuk makhluk luar angkasa yang mengancam kehidupan manusia di planet bumi. Penyelamat dalam film ini memiliki pengetahuan teknologi dan metafisika. Setelah berperang dengan makhluk luar angkasa itu, Sang Penyelamat akhirnya berhasil membebaskan umat manusia di muka bumi. Film-film seperti ini, antara lain bejudul "Alien", "Independence Day", "The Fifth Element", dan "Star Wars".

Religious apocalypse merupakan kategori film Hollywood yang terpenting untuk kita bicarakan pada kesempatan ini. Film-film seperti ini biasanya menggambarkan bahwa kekuatan jahat berbentuk sebuah sosok yang anti agama, seperti setan, anti-Kristen, atau kekuatan jahat yang pada zaman dulu dipenjarakan, namun kemudian kabur dan kembali datang ke tengah umat manusia. Penyelamat dalam kisah-kisah seperti ini adalah seorang tokoh ruhani, seperti pendeta atau orang suci. Dia melawan kekuatan jahat dengan iman, keberanian, dan pengorbanan. Film-film dalam kategori ini antara lain berjudul, "Exorcist 1 & 2", "The Omen 3" dan "End of Days".

Secara umum, kita bisa menangkap bahwa para penentu kebijakan di Hollywood tengah membawa satu misi tertentu dengan menciptakan film-film seperti yang telah diuraikan tadi. Tujuan pertama dari misi Hollywood ini adalah untuk memanipulasi rasa ingin tahu alami manusia mengenai masa depan dan dengan demikian akan membuat para investor film menjadi lebih kaya. Tujuan kedua ialah menyebarluaskan paham apocalypse yang sesuai dengan pandangan Hollywood serta berlandaskan kepada ajaran Taurat dan pemikiran Zionis. Tujuan ketiga ialah untuk mengasosiasikan antara kejahatan dengan dunia Timur dan negara-negara Islam. Dengan kata lain, Hollywood berusaha menyebarkan opini bahwa bangsa yang jahat adalah bangsa-bangsa Timur dan bangsa penyelamat adalah bangsa Barat.

Poin yang menarik dalam hal ini adalah bahwa film-film Hollywood berusaha membesar-besarkan kejadian tragedi di masa depan dan menimbulkan ketakutan di tengah manusia. Tragedi tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga para pemirsa menyetujui semua ide dan jalan penyelesaian yang ditawarkan oleh para sutradara film. Dari sini, kita bisa menangkap adanya proses penggunaan film-film untuk menyeret opini masyarakat dunia tentang akan terjadinya perang di masa depan antara Barat dan Timur.

Hall Lindsey, seorang penulis buku "Bumi, Planet Besar Penuh Rahmat", pernah menulis tentang apocalyse. Ia berkata, "Sebelum orang-orang Yahudi berhasil membentuk sebuah negara, tidak ada satupun di dunia ini yang berjalan dengan baik. Kini, ketika negara Israel telah terbentuk, segala hal berjalan sesuai dengan yang telah diramalkan. Hal ini bisa terjadi karena pusat kekuasaan dunia adalah politik. Kini, percaturan politik dunia berporos di Timur Tengah, khususnya di Israel. Oleh karena itu, seluruh bangsa dunia akan ikut merasakan kesulitan dan kesengsaraan atas segala hal yang terjadi di sana, dan di sanalah mereka akan bertempur."Ucapan Lindsey ini sepertinya telah diadopsi oleh film-film Hollywood. Sejak puluhan tahun yang lalu.

Ide-ide zionisme telah masuk ke dalam kancah perfilman Barat. Film berjudul "Birth of a Nation" karya D.W Griffith merupakan pelopor film-film mengenai pemberantasan manusia non-Yahudi. Film ini dibuat tahun 1915 dan sepanjang film itu dipenuhi tayangan pembunuhan. Di dalam film ini, bangsa yang lebih mulia, yaitu Yahudi, digambarkan dibenci oleh bangsa lain. Di akhir film, diceritakan bahwa kelompok Ku Klux Klan merupakan penyelamat kulit putih. Kelompok itu berhasil membasmi musuh mereka, yaitu orang-orang kulit hitam. Dalam menyikapi penjajahan Zionis di Palestina, Hollywood memproduksi film-film yang bertujuan untuk menjustifikasi penjajahan tersebut, dengan menceritakan tentang sejarah Yahudi. Misalnya film "Ben Hur" dan "The Ten Commandments". Orang-orang Zionis telah menanamkan investasi yang besar dalam pembuatan film-film seperti ini.

Kritikus film terkenal dan penulis sejarah perfilman, Eric Rhode, mengomentari bahwa film-film tersebut tidak begitu sesuai dengan isi kitab suci. Menurutnya, para sutradara film itu mengakui bahwa sesungguhnya film-film tersebut dibuat untuk mengambil keuntungan dari reaksi orang-orang Kristen. Film "Independence Day" yang diproduksi pada tahun 1996, menceritakan bahwa di suatu masa, semua komputer melaporkan adanya sebuah pesawat ruang angkasa yang menghampiri bumi. Seorang pakar komputer melakukan penelitian terhadap sinyal-sinyal yang ditangkap dari pesawat ruang angkasa itu dan memberikan analisis metode untuk menghancurkannya. Akhirnya, makhluk angkasa yang melakukan serangan ke bumi itu berhasil dikalahkan lewat kecanggihan alat komputer, tepat pada hari kemerdekaan Amerika Serikat. Dalam film yang dipenuhi dengan simbol-simbol Yahudi ini, Amerika dan Zionis diperkenalkan sebagai penyelamat manusia. Amerika diperkenalkan sebagai bangsa dan negara yang terbaik. Penekanan terhadap perang akhir zaman dan kemenangan Yahudi ini diungkapkan dalam dialog seorang pakar komputer dalam film tersebut, "Sejauh yang aku ketahui, akhir dunia telah mendekat dan aku merasa senang".

Pada tahun 2000, sebuah film berjudul "Matrix" telah diproduksi dan mendapat sambutan hangat dari para pemirsa di seluruh dunia. Diceritakan dalam film ini, pada tahun 2199, kehidupan manusia telah menyerupai robot buatan komputer. Saat itu, telah diciptakan inteligensi buatan yang dimasukkan dalam tubuh manusia dan disambungkan lewat pipa ke dalam otak. Akibatnya, kehidupan manusia saat itu diatur oleh mesin. Namun, ada seseorang yang menolak kehidupan seperti ini dan melakukan perlawanan. Orang tersebut, yang bernama Neo, kemudian berhasil menyelamatkan manusia dari cengkeraman mesin. Film "Matrix" dipenuhi dengan lambang dan tanda Yahudi. Dalam film ini, manusia direkomendasikan untuk mencari perlindungan ke sebuah tempat bernama Zion, yang merupakan nama sebuah bukit di Baitul Maqdis. Tokoh Neo, yang artinya "baru", digambarkan sebagai sang penyelamat masa depan dan menjadi pemimpin di bumi Zionis.

Menyusul film Matrix, diproduksi film lanjutan yang berjudul "Matrix Reloaded". Dalam film ini digambarkan bahwa umat manusia telah diserang oleh mesin dan mereka kemudian mencari perlindungan di kota bawah tanah. Neo hanya memiliki waktu 72 jam untuk mengalahkan makhluk tidak berperi kemanusiaan itu lewat petunjuk seorang peramal. Dalam film ini, para penonton diajak untuk menanti tanah air yang ditunggu-tunggu dan masa depan mereka. Sang peramal dalam film Matrix kedua ini, bernama Oracle dan berasal dari Yunani kuno. Dia memperlihatkan simbol nabi-nabi sebelum Isa Al-Masih dan menyampaikan ajaran-ajaran Yahudi di kitab "Old Testament". Dia membimbing Neo untuk berperang dengan mesin dan meramalkan apa yang akan terjadi di masa mendatang.

Saudara, demikianlah pembahasan secara sepintas tentang infiltrasi Zionisme dalam film-film Hollywood. Sebelum mengakhiri tulisan ini, kami ingin mengutip sebuah ayat Al-Quran dalam surat Al-Anbiya ayat 105, yang artinya, "Sesungguhnya bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba- Ku yang saleh". Artinya, sesungguhnya, masa depan dunia akan berada di tangan orang-orang yang saleh, bukan di tangan bangsa Zionis yang bertahun-tahun menzalimi rakyat Palestina, melakukan pembunuhan massal, dan menyebabkan ribuan manusia menjadi pengungsi. Justru sebaliknya, merekalah yang kelak akan menerima hukuman atas kejahatan mereka, sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah.


Persekongkolan Washington dan Tel Aviv terhadap Islam

16 Oct 2004 - 1:16 am

Di sepanjang sejarah, para penguasa yang zalim dan kejam saling berperang demi kepentingan mereka masing-masing dan tidak terhitung banyaknya manusia yang menjadi korban akibat ketamakan dan kerakusan mereka. Namun ketika para penguasa zalim itu memiliki kepentingan illegal yang sama, mereka akan bergandeng tangan dan bekerjasama. Fenomena ini juga disinggung dalam beberapa ayat Al-Quran, di antaranya Surah Al-Jaatsiyah ayat ke-19 yang artinya sebagai berikut, “Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain, dan Allah adalah pelindung orang-orang yang bertakwa”.

Salah satu bentuk nyata dari kerjasama antara para pelaku kezaliman dewasa ini ialah kerjasama antara Amerika dan rezim Zionis dalam melakukan kriminalitas terhadap umat Islam di seluruh penjuru dunia. Kejahatan besar yang dilakukan oleh rezim Zionis dengan dukungan AS adalah penjajahan atas bangsa Palestina. Pejabat rezim Zionis sendiri berkali-kali mengakui bahwa berdiri dan berlanjutnya kehidupan rezim ini sangat bergantung kepada dukungan politik, ekonomi, dan militer dari Amerika. Dalam berbagai perang yang meletus antara bangsa Arab melawan rezim Zionis, Washington telah memberikan bantuan militer yang besar sehingga menghalangi kekalahan Zionis dan didudukinya sebagian wilayah Arab oleh Israel. Dalam setiap kejahatan yang dilakukan rezim Zionis terhadap bangsa Palestina, setiap kali Dewan Keamanan PBB akan memberikan resolusi atau sanksi, Amerika selalu menggunakan hak vetonya demi membela Tel Aviv.

Rezim Zionis juga merupakan negara urutan pertama dalam daftar penerima bantuan tanpa syarat dari Amerika dan setiap tahunnya rezim ini menerima bantuan 3 milyar dollar. Bersamaan dengan dimulainya pemerintahan konfrontatif Gedung Putih di bawah pimpinan George W. Bush, kerjasama antara Washington dan Tel Aviv menjadi semakin erat. Pada saat yang sama, penindasan dan penumpasan rakyat Palestina semakin gencar dilakukan tentara-tentara Zionis dan sebaliknya, perjuangan intifadhah bangsa Palestina juga semakin bergelora. Dalam waktu empat tahun masa kepemimpinan Bush, presiden Amerika tersebut dan rekan-rekannya berkali-kali memberikan dukungan kepada pemimpin Zionis, khususnya Ariel Sharon. Bush bahkan menyebut Sharon sebagai tokoh perdamaian dan sebaliknya Sharon mengangkat Bush sebagai anggota kehormatan partai ekstrim Likud. Sharon menyatakan, “Kerjasama Tel Aviv dan Washington sebelumnya tidak pernah sedemikian dekat seperti saat ini.” Dalam menyikapi kejahatan Zionis terhadap bangsa Palestina, pejabat Gedung Putih malah menyebut bahwa tindakan brutal tentara Zionis itu merupakan usaha membela diri dari serangan terorisme yang dilancarkan oleh orang-orang Palestina.

Kerjasama Amerika dan rezim Zionis dalam menindas umat Islam juga tampak di Irak. Rezim Zionis merupakan provokator utama di balik invasi AS ke Irak dan pendudukan atas negari 1001 malam itu. Bagi Tel Aviv, segala bentuk gangguan dan ketidakstabilan yang menimpa negara-negara Islam akan menguntungkan dan memperkokoh kedudukan rezim Zionis di Timur Tengah. Selain itu, Zionis melihat keuntungan materi yang besar di balik invasi ke Irak. Hal ini terbukti ketika Irak baru saja diduduki AS, tersiar berita yang melaporkan mengenai kehadiran warga Zionis dan perusahaan-perusahaan rezim ini di Irak dalam rangka pembelian tanah dan usaha untuk mendapatkan konsesi ekonomi, khususnya minyak. Sebagian berita bahkan melaporkan bahwa segera setelah invasi AS ke Irak, sejumlah benda-benda kuno bernilai tinggi milik bangsa Irak dibawa keluar dari negara itu dan berada dalam tangan investor yahudi Zionis.

Kerjasama Washington dan Tel Aviv dalam melakukan kejahatan terhadap dunia Islam bukanlah bersifat sepihak, karena adakalanya rezim Zionis turut membantu Amerika dalam melakukan tindakan kriminalnya. Penyiksaan tahanan di penjara Abu Ghraib Irak merupakan salah satu kasus dalam masalah ini. Similaritas metode penyiksaan tahanan Irak oleh tentara Amerika dengan penyiksaan tahanan Palestina dalam penjara Zionis memperlihatkan adanya kerjasama antara kedua pelaku kezaliman itu. Robert Fisk, seorang penulis dan wartawan terkenal Inggeris, setelah terungkapnya penyiksaan kejam terhadap tahanan Irak itu, menyampaikan bukti-bukti otentik yang mengindikasikan bahwa orang-orang Zionis-lah yang mengajarkan metode-metode penyiksaan itu kepada tentara Amerika.

Contoh lain dari kerjasama Amerika dan Zionis dapat dilihat dengan jelas dalam propaganda media massa. Sebagian besar media massa Internasional merupakan milik orang-orang Yahudi Zionis atau berada di bawah pengaruh Zionis. Infiltrasi besar dalam sarana komunikasi Amerika yang dimiliki oleh Zionis membuat tidak ada satu pihakpun yang berani melakukan kritikan serius terhadap rezim itu melalui koran, radio, dan televisi Amerika. Sebaliknya, Washington dan Zionis sangat serius dalam menyampaikan propaganda anti Islam melalui media massa yang mereka kuasai itu. Melalui media massa, AS dan Zionis berusaha menciptakan opini bahwa umat Islam yang sedang berjuang mempertahankan kebebasan dan kemerdekaan mereka adalah teroris, dan sebaliknya, pembunuhan dan penindasan terhadap umat Islam adalah tindakan bela diri yang bisa diterima. Namun, seiring dengan semakin meluasnya fasilitas media massa dan komunikasi, upaya penyesatan opini ini kian hari kian dipahami masyarakat dunia dan hakikat kejahatan rezim Zionis semakin dikenali dunia.

Kerjasama media massa Amerika dan Zionis dalam menciptakan opini yang buruk tentang umat Islam bahkan mencapai tahap penghinaan terhadap agama Islam itu sendiri. Tujuan propaganda ini adalah untuk memperlemah keyakinan dan kepercayaan umat Islam terhadap agama mereka sendiri. Media komunikasi barat, khususnya Amerika, dengan gencar mengedepankan kelompok-kelompok garis keras seperti Al-Qaeda dan Thaliban sebagai simbol Islam dan menyatakan bahwa kepercayaan mereka yang sesat dan distortif sebagai kepercayaan umum umat Islam. Padahal, Islam adalah agama yang sempurna dan secara tegas menolak kekejaman dan kekerasan. Bahkan, ajaran Islam yang anti kezaliman dan kekerasan inilah yang menjadi salah satu alasan utama permusuhan Washington dan Tel Aviv terhadap umat Islam karena ajaran anti kezaliman berlawanan dengan ambisi Washington dan Tel Aviv untuk berkuasa di muka bumi secara sewenang-wenang.

Meskipun kerjasama Washington dan Tel Aviv dalam menyerang dunia Islam telah menyebabkan tragedi yang besar, namun kondisi itu bisa diubah bila umat Islam di seluruh dunia mampu menjalin persatuan. Persatuan dan kembalinya umat Islam kepada nilai-nilai murni Islam akan mampu mewujudkan kemuliaan, kewibawaan dan kekuatan umat Islam dalam melawan dengan poros kezaliman yang dijalin oleh Amerika dan rezim Zionis.

Tidak ada komentar: