Sabtu, 22 Desember 2007

4 Madzhab dalam Islam

Madzhab Hambali

Pendirinya adalah Al-Imam Abu Abdillah Ahmad bin Hambal bin Hilal Ad-Dakhili Asy-Syaibani, lahir di Baghdad pada tahun 164 H dan wafat pada tahun 241 H. Ahmad bin Hambal mencari ilmu pengetahuan ke berbagai kota seperti, Syria, Hijaz, Yaman, Kuffah, dan Bashrah, beliau dapat menghimpun 40.000 hadits dalam kitab musnadnya. Imam Hambal terkenal sebagai ahli hadits dan bukan termasuk golongan imam mujtahidin.

"I’aanatut Thalibiin" menuqilkan perkataan Idris Al-Haddad, beliau berkata : "Imam Ahmad adalah seorang perawi hadits yang tiada tandingannya pada masa itu, beliau adalah pengikut madzhab gurunya yaitu Imam Syafi’i, akan tetapi beliau merasa mampu berijtihad sendiri, maka dia melepaskan dirinya dari ikatan madzhab gurunya, dan dia berijtihad dan membentuk madzhab sendiri."

Dalam kepandaian dan keahlian beliau dalam masalah fiqh, Imam Syafi’i sebagai gurunya sendiri pernah mengatakan bahwa: "Saya keluar dari Baghdad dan disana saya tidak meningalkan orang yang lebih utama, lebih pandai dan lebih ahli dalam bidang fiqh selain dari pada Ahmad bin Hambal".

Sebagai induk dari madzhab Imam Hambal, beliau telah menulis kitab "Al-Musnad", kitab tersebut telah mendapat sambutan yang benar dari ulama-ulama semua madzhab diluar madzhabnya sendiri.

Dasar-dasar madzhab hambali adalah nash Al-Qur’an dan nash Al-Hadits. Apabila beliau menemukan nash, baik dari Al-Qur’an maupun dari Al-Hadits, maka beliau tidak lagi memperhatikan dalil-dalil yang lain dan tidak pula memperhatikan pendapat para sahabat yang manyalahinya. Jika beliau tidak menemukan nash Al-Qur’an dan Hadits, maka beliau berpegang kepada fatwa shahaby jika tidak ada yang menentangnya.

Sumber-sumber madzhab Hambali selain Al-Quran dan Sunnah:
  1. Pendapat sebagian sahabat: "Beliau memandang sebagian sahabat sebagai dalil hukum."
  2. Hadits mursal / dha’if: Hal ini dipakai jika tidak berlawanan dengan sesuatu atsar / dengan pendapat seorang sahabat.
  3. Qiyas: Apabila beliau tidak memperoleh sesuatu dasar dintara yang tersebut diatas, maka dipergunakanlah qiyas.
Para pengembang madzhab hambali ialah :
  1. Abu Bakar Ahmad bin Muhammad bin Hani yang terkenal dengan nama Al-Atsran, dia telah mengarang buku Assunnah fil Fiqhi ‘ala Madzhab Ahmad.
  2. Immad bin Muhammad bin Hajjaj Al-Mawarzi, kitabnya yakni Assunah bi Jawahiril Hadits.
  3. Ishaq bin Ibrahim terkenal dengan nama Ibnu Ruhawaih Al-Mawarzi, kitabnya adalah Assunnah fil Fiqhi.
  4. Muwaquddin ibnu Qudamah Al-Maqdiri.
  5. Syamsuddin ibnu Qudamah Al-Maqdiri.
  6. Syaikhul Islam Taqiyuddin.
  7. Ahmad ibnu Taimiyyah dan
  8. Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah.

Daerah yang menganut madzhab hambali pertama kali adalah daerah Baghdad, dan pada abad ke-4 baru dapat melampaui perbatasan Irak, dan pada abad ke-6 sudah memasuki dan berkembang di Mesir.


Usaha Ibnu Taimiyyah dan Ibnul Qayyim serta berkat kesungguhan Muhammad ibnu Abdil Wahhab sekitar abad ke-12 madzhab hambali lebih berkembang, dia menjadi madzhab penduduk Najed terutama pada masa pemerintahan raja Abdul Aziz As-Su’udi. Pada masa sekarang madzhab hambali menjadi madzhab resmi pemerintah Saudi Arabia dan punya penganut terbesar di seluruh jazirah Arab, Palestina, Syria, dan Irak.

Madzhab Hanafi

Pendirinya adalah Nu’man bin Tsabit bin Zauthi, lahir pada masa sahabat tahun 80 H (699 M) dan wafat pada tahun 150 H bertepatan dengan lahirnya Imam Syafi’i. Beliau lebih dikenal dengan sebutan Abu Hanifah An-Nu’man. Abu Hanifah adalah seorang mujtahid yang ahli ibadah, ahli zuhud, serta sudah sampai kepada tingkatan ma’rifat kepada Allah. Pengarang buku "I’aanatuth Thaalibiin" berkata : "Bahwasannya beliau (Abu Hanifah) adalah seorang ahli ibadah, ahli zuhud, dan seorang yang sudah ma’rifat kepada Allah". Nafash bin Abdurrahman berkata : "Bahwasannya Abu Hanifah ra, menghidupkan malam dengan membaca Al-Qur’an selama tiga puluh tahun", dan Sayyid bin Amr berkata : "Bahwasannya Abu Hanifah selalu sholat fajar (subuh) dengan memakai wudhu isya selama empat puluh tahun".

Dalam bidang fiqh beliau belajar kepada Hammad bin Abu Sulaiman pada awal abad ke-2 H, beliau banyak belajar kepada ulama-ulama dan tabi’in seperti: Afha bin Abi Rabah dan Nafi’ Maulana ibnu Umar. Abu Hanifah adalah seorang ulama yang mempunyai kepandaian yang sangat tinggi dalam mempergunakan ilmu mantiq dan menetapkan hukum syara’ dengan qiyas dan istihsan, beliau juga terkenal sebagai seorang ulama yang berhati-hati dalam menerima suatu hadits. Madzhab hanafi adalah sebagai nisbah dari nama imamnya (Abu Hanifah), jadi, madzhab hanafi adalah nama dari kumpulan pendapat-pandapat yang berasal dari imam Abu Hanifah sendiri dan para murid-muridnya serta pendapat-pendapat yang berasal dari para pengganti mereka.


Sebagai perincian dan perluasan pemikiran yang telah digariskan oleh mereka, yang kesemuanya itu merupakan hasil daripada cara, metode, dan ijtihad para ulama Irak (ahlu ra’yi). Oleh karena itu, maka madzhab hanafi dikenal juga sebagai madzhab ahlu ra’yi dari masa tabi’it tabi’in.

Dasar-dasar madzhab hanafi adalah:

  1. Al-Kitab (Al-Qur’an).
  2. As-Sunnah.
  3. Al-Ijma’.
  4. Al-Qiyas dan
  5. Istihsan.

Dalam riwayat yang lain dikatakan bahwa madzhab ini juga memakai fatwa sahabat yang ‘urf (dikenal). Abu Hanifah menjelaskan madzhab-madzhabnya dengan berkata : "Aku berpegang dengan kitabullah, jika tidak aku dapatkan (dalam kitabullah), maka aku berpegang kepada sunnah Rasul, dan jika aku tidak mendapatkannya dalam kitabullah dan sunnah Rasul, maka aku berpegang kepada perkatan para sahabatnya, maka jikalau perkara itu sudah sampai kepada Ibrahim An-Nakhai Asy-Sya’bi, Ibnu Sirin, Al-Hasan, Atha’, dan Sa’id bin Musayyab, mereka semuanya berijtihad, maka akupun berijtihad sebagaimana mereka berijtihad".


Dsar-dasar madzhab hanafi dalam menetapkan hukum fiqh terdiri dari 7 pokok, yaitu : Al-Kitab, As-Sunnah, Perkataan para sahabat, Al-Qiyas, Al-Istihsan, Ijma’, dan ‘Urf.

Murid-murid Abu Hanifah dan pengembang madzhabnya adalah:

  1. Abu Yusuf bin Ibrahim Al-Anshar (113-183 H).
  2. Ja’far bin Huzail bin Qais Al-Kufi (110-158 H).
  3. Muhammad bin Hasan bin Farqad Asy-Syaibani (132-189 H).
  4. Hasan bin Ziyad Al-Lu’lu Al-Kufi Maulana Al-Anshari (…..-204 H).

Dalam uraian Khudri Beik sebagai berikut : "Empat orang itulah yang menyebarkan madzhab orang-orang Irak (mazhab hanafi)", orang-orang menerimanya dari mereka ber-empat. Daerah-daerah penganut madzhab hanafi mulai tumbuh di Kuffah (Irak), kemudian berkembang dan tersebar luas ke negara-negara Islam bagian timur, pada permulaan masa perkembangannya berkat kekuasaan Imam Abu Yusuf yang menjabat sebagai hakim agung di Baghdad dan berkat pengutamaan khalifah-khalifah abbasiyyah terhadap madzhab tersebut dalam lapangan peradilan. Saat ini madzhab hanafi sudah tersebar di Mesir, Turki, Syria, Lebanon, Afghanistan, Pakistan, Turkistan, Muslim India, tiongkok, Aljazair, Tunis Libya, Irak, Sudan, Nigeria, dan daerah-daerah Uni Sovyet. Kesimpulan bahwa lebih 1/3 ummat Islam di dunia ini yang menganut madzhab hanafi

Madzhab Maliki

Pendirinya adalah : Malik bin Anas bin Abu Amir lahir pada tahun 93 H (712 M) di Madinah, Imam Malik terkenal dengan imam dalam bidang hadits Rasulullah SAW. Imam Malik belajar pada ulama-ulama Madinah, dan yang menjadi guru pertamanya adalah Abdurrahman bin Hurmuz, beliau juga belajar kepada Nafi’ Maulana ibnu Umar dan Ibnu Syihab Az-Zuhri, dan gurunya dalam bidang fiqh adalah Rabi’ah bin Abdurrahman.

Imam Malik adalah tokoh negeri Hijaz, bahkan tokohnya semua manusia dalam bidang fiqh dan hadits, beliau adalah seorang imam yang berwibawa dan bangsawan yang terhormat, hal ini pun telah dijelaskan oleh Afwa Aidi sebagai berikut yang artinya: "Majelis Imam Malik adalah majelis yang terhormat dan santun, ia seorang yang berwibawa dan bangsawan, yang dalam majelisnya tidak ada pura-pura dan kegaduhan, tak ada suara sedikitpun, jika ditanya tentang sesuatu maka dijawabnya orang yang bertanya itu dan tak pernah dikatakan padanya dari mana anda berpendapat demikian".

Dasar-dasar madzhab maliki adalah:
  1. Nushul Kitab.
  2. Dzaahirul Kitab (umum).
  3. Dalilul Kitab.
  4. Mafhum Muwafaqoh.
  5. Tanbihul Kitab.
  6. Nash-nash Sunnah.
  7. Dzaahirus Sunnah.
  8. Dalilus Sunnah.
  9. Mafhumus Sunnah.
  10. Tanbihus Sunnah.
  11. Ijma’.
  12. Qiyas.
  13. Istihjan.
  14. Qaul Shahabi.
  15. Saddud Dzara’i.

Para sahabat-sahabat Imam Malik dan pengembang madzhabnya adalah:

  1. Abu Muhammad Abdullah bin Wahab bin Muslim.
  2. Abu Abdillah Abdurrahman bin Qasim Al-Utawiy.
  3. Asy-Syab bin Abdul Aziz Al-Qaisi.
  4. Ashagh bin Farj Al-Umawi.

Mereka inilah ulama-ulama yang telah menyebar luaskan madzhab maliki.

Ulama-ulama yang mengembangkan madzhab ini di Afrika dan Andalusia adalah:

  1. Abu Abdillah Ziyad bin Rahman Al-Qurthubi.
  2. Isa bin Dinar Al-Andalusi.
  3. Asad bin Furat.
  4. Abdussalam bin Zaid At-Tanukhi.

Para fuqoha malikiyah yang terkenal sesudah generasi tersebut diatas ialah:

  1. Abdul Walid Al-Baji.
  2. Abdul Hasan Al-Lakhami.
  3. Ibnu Rusyad Al-Kabir.
  4. Ibnu Rusyd Al-Hafidz.
  5. Ibnul bin Zizzi.
  6. Ibnul ‘Arabiy.

Daerah-daerah yang menganut madzhab maliki pada mulanya haya tersebar di Madinah, kemudian disebarkan oleh murid-murid Imam Malik, pada masa sekarang madzhab maliki dianut oleh umat Islam di negara Maroko, Aljazair, Tunisia, Libya, Bahrain, dan Kuwait.


Madzhab Syafi’i

Pendirinya adalah Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i, beliau keturunan Hasyim bin Abdul Muthallib, dilahirkan di Guzah Syria pada tahun 152 H bersamaan dengan wafatnya Abu Hanifah. Gurunya adalah Muslim bin Khalid, seorang mufti dari Makkah, Syafi’i adalah anak yang cerdas, dia sudah hafal Qur’an sejak umur 4 tahun, dia juga murid dari Imam Malik, ketika belajar bersama Imam Malik, Imam Syafi’i telah hafal kitabnya Malik (Al-Muwatho’) yaitu induk dari madzhab maliki, mulanya Syafi’i ikut jejak Imam Malik, tetapi kemudian ia membentuk madzhab sendiri.

Madzhab Syafi’i ada 2, hal ini berdasarkan masa dan tempat beliau muqim (menetap), yang pertama, "Qaul Qodim" yaitu madzhab yang dibentuk ketika beliau hidup di Irak, yang kedua, "Qaul Jadid" yaitu madzhab yang dibentuk ketika dia berada di Mesir. Nasihat Imam Syafi’i adalah : "Saya tak pernah merasakan kenyang sejak usia 16 tahun, karena kenyang itu akan memberatkan badan dan membuat hati keras, menghilangkan kecerdasan dan membawa banyak tidur, serta membawa orang lemah, malam beribadah dan saya tak pernah bersumpah dengan nama Allah selama hidup, baik sumpah benar maupun sumpah dusta".

Keistimewaan Imam Syafi’i dibandingkan dengan yang lainnya adalah bahwasannya beliau merupakan peletak batu pertama ilmu ushul fiqh dengan kitabnya "Ar-Risalah", dan kitabnya yang menjadi induk kitab fiqh adalah "Al-Umm".

Dasar-dasar madzhab syafi’i adalah:
  1. Al-Kitab (Al-Qur'an).
  2. Al-Ijma’.
  3. Al-Qiyas.
  4. Sunnah Mutawatir.
  5. Khabar Ahad dan
  6. Al-Istishab.

Para sahabat dan pengembang madzhab syafi’i dari Irak adalah:

  1. Ibrahim bin Khalid bin Yaman Al-Kalabi Al-Baghdady.
  2. Ahmad bin Hambal (yang jadi imam ke-empat).
  3. Ahmad bin Yahya bin abdul Aziz Al-Baghdadi

Para sahabat yang menjadi pengembang madzhab ini dari Mesir adalah:

  1. Yusuf bin Yahya Al-Buwaithi Al-Mishri.
  2. Rabi’ bin Abdul Jabbar Al-Muradi.
  3. Abu Ibrahim Ismail bin Yahya Al-Muzani.
  4. Harmalah bin Yahya bin Abdullah At-Tayyibi.
  5. Abu Bakar Muhammad bin Ahmad.
  6. Yunus bin Abdul A’la Ash-Shodafi Al-Mishri

Daerah-daerah yang menganut madzhab syafi’i adalah Libya, Mesir, Indonesia, Philipina, Malaysia, Somalia, Selatan Arabia, Palestina, Yordania, Lebanon, Syria, Irak, Hijaz, Pakistan, India, Indo China, Rusia, dan Yaman.

Sumber : Kedudukan Madzhab dalam Syari’at Islam
Penulis : Drs. Asep Saifudin MSQ
Penerbit : Pustaka Al-Husna

Tidak ada komentar: